Thursday, April 21, 2016

[Surat Untuk Nona] Tak Sendirian

Source : Jalansaja

Selamat malam, Nona, bagaimana kabarmu? Semoga senantiasa dibahagiakan yak.

Kudengar kau tengah merasa sendirian? Benarkah? Meski aku percaya kau tak lupa bahwa Tuhan tak pernah meninggalkan, tapi memang akan ada saat dimana kita merasa berjuang seorang diri. Lalu apanya yang salah, bukankah kita memang tengah menuju impian kita masing-masing?

Tentu saja kita tak pernah bisa memaksa setiap yang dekat dengan kita untuk punya impian serupa, bahkan walau hanya untuk sekadar memahami impian kita. Impian kita adalah tanggung jawab kita sendiri. Jika memang merasa sendiri dan ingin ada temannya, kita yang harus aktif mencari–mencari teman yang sepemikiran misalnya.

Setiap kita punya proses pembelajarannya masing-masing. Titik merasa sendiri itu tak bisa dihindari, hanya bagaimana cara kita menanggapi.

Hei, kau lupa? Kau tak berjalan sendiri, ada aku yang tengah berjalan pula pada tujuan yang sama. Kita tengah sama-sama belajar menujunya dengan cara yang benar sesuai anjuran-Nya, kan? Ah, jangan bercanda, jangan bilang kau lupa itu.

Tak perlu khawatir tentang bagaimana pertemuan kita, di mana pertemuan kita, dan kapan waktunya, tapi khawatirlah tentang apa yang sudah kita persiapakan untuk menujunya. Percayalah, bertemu saat kita masih sama-sama banyak kurangnya; kurang pemahamannya, kurang imannya, kurang ilmunya, seringkali kita hanya akan dihantui begitu banyak keraguan.

Mari sama-sama perbaiki lagi niatnya. Jika benar ingin dilakukan untuk-Nya, mari sama-sama terus berupaya senantiasa menuju itu sesuai jalan yang benar dianjurkan-Nya.

Ada keromantisan yang tak perlu khalayak banyak tahu, cukup kau, aku dan doa-doa dalam diam kita yang kita dekap kuat-kuat. Bukan untuk membuat sesiap kagum, hanya untuk berupaya selalu membuat-Nya tersenyum.

Lagi pula apalah arti bahagia kita, ketika tanpa kita tahu murka-Nya tengah menunggu-nunggu.

Jangan takut sendirian, ada Tuhan, aku, dan doa-doa dalam diam yang sebenarnya telah menyelamatkan. Tuhan menjaga kesendirianmu untuk aku, Tuhan menjaga kesendirianku untuk kamu. Kita tengah sama-sama saling menjaga. Kuharap kau pun percaya demikian. :)

Karena sudah larut, aku akhiri dulu ya, kita sambung lain waktu. Jangan lupa berbahagia yak. Janji!

Selamat malam, Nona. Selamat rehat. Semoga mimpimu aku. Ehem … aku nanana padamu, selalu. ^_^

NB : This letter seems indeed meant to me ^_^

Wednesday, January 20, 2016

Tentang bangun untuk tahajjud

Kita terlalu sering membuat trik teknis supaya bisa bangun di sepertiga malam. Tidur lebih awal (ini oke). Minum banyak air (menurut saya ini cara bodoh). Pake alarm (ini juga oke). Minta dibangunin orang (ya boleh lah).
Tapi kita lupa, bahwa tahajjud adalah kencan antara kita dengan Allah. Pertemuan akan terjadi jika kedua belah pihak meninginginkan. Sebagus apapun trik teknis agar bangun, jika Allah tidak menghendaki bertemu kita malam itu, kita tidak akan bisa menjalankannya. 
Bahkan ketika sudah bangun pun, Allah selalu punya cara untuk menghalangi kita bertemu dengannya. Seingin apapun kita.
Maka, cara terbaik agar kita bisa bangun tahajjud adalah : menjaga diri sepanjang hari untuk tidak berbuat dosa. Agar Allah pun ingin bertemu dengan kita.
Tapi, bukan berarti yang rajin sholat tahajjud tidak punya dosa juga. 
**manggut-manggut, dengerin diri sendiri kasih nasihat yang gak pernah dijalankan**nasihat ini didapat dari ceramah Ustz. Yusuf Mansur**
(via jagungrebus)
Dear my future,

buatlah waktu subuhmu saat ini sebagai waktu yang penuh kebaikan dengan mengambil hikmah. Entah dengan tilawah, dengan menelusuri sirah nabawiyah dan teladan para shahabiyah, dengan mendengar kajian, atau sekedar membaca dan menulis. Karena ada pelajaran yang harus kita sampaikan di tiap subuh nanti. Sepatah dua patah nasihat untuk diriku, dirimu, juga saat hadirnya mujahid mujahidah kecil. Bukankah cita-cita kita membangun rumah rasa surga di tengah hiruk pikuk sibuknya dunia? 

©Quraners

Tuesday, January 12, 2016

Just Thinking

Jarak dan waktu yang memisahkan ga selama buruk. Bahkan kadang dibutuhkan. Untuk saling menjaga dan saling mempersiapkan. 

Tuesday, January 5, 2016

PERBAIKI JADWAL SHOLATMU, AGAR ALLAH ATUR JADWAL HIDUPMU

Dibawah ini adalah tulisan Arief Budiman, CEO Petakumpet Advertising di Jogja, penulis buku 'Tuhan Sang Penggoda'.

Kisah penuh nasehat dengan ending yang mengejutkan, juga intropeksi.. Kenapa hidup kita berantakan? Jangan-jangan karena jadwal sholat kita yang juga berantakan..

Selamat membaca!

~~=========~~~

Pada suatu hari di awal-awal saat memulai bisnis dulu, saya ketemu masalah seperti ini: saya janjian dengan 3 orang di Jakarta. Saat itu posisi saya di Jogja tanpa banyak kenalan di Jakarta dan cekak banget dananya.

Begini jadwalnya: Pak A janji ketemu hari Senin siang, Pak B hari Rabu pagi dan Bu C di hari Jumat sore. Jika saya mau gampang, saya harus berangkat naik kereta Minggu malam dan menginap di Jakarta 5 hari dan pulang Jumat malam.

Sayanya yang bingung: nginep dimana, biaya makannya dimana? Duh ribet, padahal janjiannya udah di-arrange lama dan posisi orang yang mau saya temui itu Boss-boss semua untuk penawaran kerjaan promosi.

Saya harus mengikuti jadual mereka, saya tak kuasa menentukan jadual karena saya yang butuh.

Pusinglah saya memikirkan jadual yang mustahil itu. Sampai seminggu menjelang harinya, saya ketemu seorang teman, yang ilmu agamanya lumayan.

Karena belum menemukan solusi, saya pun curhat padanya. Teman saya mengangguk-angguk lalu bertanya, "Jadual sholatmu gimana?"

"Jadual sholat? Apa hubungannya?" saya keheranan.

"Sholat subuh jam berapa?" tanpa menjawab pertanyaan saya, dia meneruskan pertanyaannya.

" Errr... Jam setengah enam, jam enam. Sebangunnya lah.. Kenapa," jawab saya.

"Sholat dhuhur jam berapa?"
"Dhuhur? Jadual sholat dhuhur ya jam 12 lah..." jawab saya.

"Bukan, jadual sholat dhuhurmu jam berapa?" ia terus mendesak.

"Oooh, jam dua kadang setengah tiga biar langsung Asar. Eh, tapi apa hubungannya dengan masalahku tadi?" saya makin heran.

Temen saya tersenyum dan berkata, "Pantas jadual hidupmu berantakan."

"Lhooo.. kok? Apa hubungannya?" saya tambah bingung.

"Kamu bener mau beresin masalahmu minggu depan ke Jakarta?" tanyanya lagi.

"Lha iya, makanya saya tadi cerita...," saya menyahut.

"Beresin dulu jadual sholat wajibmu. Jangan terlambat sholat, jangan ditunda-tunda, klo bisa jamaah," jawabnya.

"Kok.. hubungannya apa?" saya makin penasaran.

"Kerjain aja dulu kalo mau. Enggak juga gak papa, yang punya masalah kan bukan aku...," jawabnya.

Saya pun pamit, jawabannya tak memuaskan hati saya. Joko sembung naik ojek, pikir saya. Gak nyambung, Jek.

Saya pun mencari cara lain sambil mengumpulkan uang saku buat berangkat yang emang mepet. Tapi sehari itu rasanya buntu, buntu banget..

Sampai saya berfikir, ok deh saya coba sarannya. Toh gak ada resiko apa-apa. Tapi ternyata beratnya minta ampun, sholat tepat waktu berat jika kita terbiasa malas-malasan, mengakhirkan pelaksanaannya. Tapi udahlah, tinggal enam hari ini.

Dua hari berjalan, tak terjadi apa-apa. Makin yakin saya bahwa saran teman saya itu tidak berguna.

Tapi pada hari ketiga, hp berdering. Dari asisten Pak A, "Mas, mohon maaf sebelumnya. Tapi Pak A belum bisa ketemu hari Senin besok. Ada rapat mendadak dengan direksi. Saya belum tahu kapan bisa ketemunya, nanti saya kabari lagi."

Di ujung telepon saya ternganga, bukannya jadual saya makin teratur ini malah ada kemungkinan di-cancel. Makin jauh logika saya menemukan solusinya, tapi apa daya. Karena bingung, saya pun terus melanjutkan sholat saya sesuai jadualnya.

Di hari berikutnya, hp saya berdering kembali. Dari sekretaris Pak B.
"Mas, semoga belum beli tiket ya? Pak B ternyata ada jadual general check up Rabu depan jadinya gak bisa ketemu. Tadi Bapak nanya bisa nggak ketemu Jumat aja, jamnya ngikut Mas."

Yang ini saya bener-bener terkejut. Jumat? Kan bareng harinya ama Bu C? Saya pun menyahut, "O iya, tidak apa-apa Pak. Jumat pagi gitu, jam 9 bisa ya?"

Dari seberang sana dia menjawab, "OK Mas, nanti saya sampaikan."
Syeep, batin saya berteriak senang. Belum hilang rasa kaget saya, hp saya berbunyi lagi. Sebuah SMS masuk, bunyinya:
"Mas, Pak A minta ketemuannya hari Jumat setelah Jumatan. Jam 13.30. Diusahakan ya Mas, tidak lama kok. 1 jam cukup."

Saya makin heran! Tanpa campur tangan saya sama sekali, itu jadual menyusun dirinya sendiri. Jadilah saya berangkat Kamis malam, ketemu 3 orang di hari Jumat dan Jumat malem bisa balik ke Jogja tanpa menginap!

Saya sujud sesujud-sujudnya. Keajaiban model begini takkan bisa didapatkan dari Seven Habits-nya Stephen Covey, tidak juga dari Eight Habbits. Hanya Allah yang kuasa mengatur segala sesuatu dari arsy-Nya sana.

Sampai saya meyakin satu hal yang sampai sekarang saya usahakan terus jalani: Dahulukan jadual waktumu untuk Tuhan maka Tuhan akan mengatur jadual hidupmu sebaik-baiknya.

Karena saya muslim, saya coba konfirmasikan ini ke beberapa teman non muslim dan mereka menyetujuinya.

Jika dalam hidup ini kita mengutamakan Tuhan, maka Tuhan akan menjaga betul hidup kita.

Tuhan itu mengikuti perlakuan kita kepadanya, makin disiplin kita menyambut-Nya, makin bereslah jadual hidup kita.

Jadi, kunci sukses bisnis ke-3 yang saya bisa share ke teman-teman: Sholatlah tepat waktu, usahakan jamaah.

Jika mau lebih top, tambahin sholat sunnahnya: qobliyah, bakdiyah, tahajjud, dhuha, semampunya.

Silakan dipraktekkan, Insya Allah jadual kehidupan kita (baik bisnis, keluarga maupun personal) akan nyaman dijalani.

Sampai hari ini, saya belum pernah berdoa lagi untuk menambah 24 jam sehari menjadi lebih banyak jamnya. 24 jam sehari itu sudah cukup, jika kita tak hanya mengandalkan logika untuk mengaturnya. Tak kemrungsung, tak buru-buru tapi tanggung jawab terjalani dengan baik.

Jika suatu hari saya menemukan jadual saya kembali berantakan, banyak tabrakan waktunya atau tidak jelas karena menunggu konfirmasi terlalu lama: segera saya cek jadual sholat saya.

Pasti disitulah masalahnya dan saya harus segera beresin sehingga jadual saya akan teratur lagi sebaik-baiknya. Seperti teman-teman sekalian, istiqomah alias konsisten menjalankan ini tentu banyak godaannya.

Tapi kalo gak pake godaan, pasti semua orang akan sukses dong. Jadi emang mesti tough, kuat menjalaninya, jangan malas, jangan cengeng.

Yuk Resolusi diri di tahun 2016

Perbaiki hubungan kita dengan Sang Pencipta agar dimudahkan segala urusan kita.. manusia cuma bs berencana, Tuhan jualah penentu segalanya.